Kabupaten Karangasem merupakan
salah satu dari sembilan kabupaten/kota madya di Provinsi Bali. Kabupaten yang
terletak di bagian timur Pulau Bali ini dibatasi oleh Selat Lombok dibagian
Timur; bagian Barat dibatasi oleh Kabupaten Klungkung, Bangli, dan Buleleng;
bagian Selatan dibatasi oleh Lautan Hindia, dan bagian Utara oleh Laut Jawa.
Ibu kota dari kabupaten ini adalah Amlapura.
Kabupaten Karangasem tepatnya
terletak di 8º00'00" - 8º41'37,8" bujur selatan dan 115º35'9,8"
- 115º54'8,9" bujur timur. Kabupaten ini memiliki luas daerah 83.954
hektar, yang terdiri atas 8 kecamatan: Karangasem, Abang, Kubu, Bebandem,
Sidemen, Selat, Rendang, and Manggis. Kabupaten Karangsem juga meliputi tiga
kelurahan dan 68 desa tradisional, 52 kelompok komunitas, dan 526 dusun.
Pendataan penduduk tahun 2003
mencatat bahwa jumlah penduduk total Kabupaten Karangasem adalah 388.320 orang,
terdiri atas 193.518 pria dan 194.802 wanita. Penduduk Karangasem memiliki
penghidupan yang beragam. Ada yang menjadi petani, nelayan, pedagang,
pengerajin, dan bahkan ada aktif di bidang pariwisata. Mayoritas penduduknya
beragama Hindu, yang sangat religius, sehingga hampir setiap hari ditemukan
aktifitas ritual.
Kabupaten Karangasem adalah
daerah dengan iklim tropis, yang dipengaruhi oleh dua jenis musim: musim
kemarau (April-Oktober) dan musim hujan (November--Maret). Curah hujan
tertinggi terjadi pada Oktober, yakni dalam 166 hari, dengan rata-rata curah
hujan 182 mm. Flora dan faunanya tergolong spesies tropis.
Jarak antara Kabupaten Karangasem
dan Bandara Internasional Ngurah Rai adalah 88 km (53 mil). Sepanjang jalan
dari bandara Anda akan melihat panorama Bali Timur yang menawan dengan
perbukitannya dan persawahannya yang indah.
Ada
15 tujuan wisata di Kabupaten Karangasem, yaitu: Bukit Jambul, Pura Besakih,
Telaga Waja, Iseh, Putung, Puri Agung Karangasem, Tirtagangga, Jemeluk,
Tulamben, Sibetan, Taman Ujung, Candidasa, Tenganan Pegeringsingan, Padangbai,
dan Yeh Malet.
Bukit Jambul
Sejarah:
Nama Bukit Jambul pertama kali diberikan pada saat invasi Belanda ke Indonesia
oleh seorang wisatawan yang melihat sebuah bukit tinggi berdiri di sebelah
selatan jalan utama yang menghubungkan Kabupaten Klungkung dan Besakih. Di
puncak bukit terdapat sebuah pura yang disebut Pura Pucak Sari yang dikelilingi
oleh pepohonan besar. Sementara, di bawah kompleks pura terdapat panorama
persawahan yang memukai. Ini membuat pepohonan terlihat seperti jambul.
Lokasi:
Bukit Jambul terletak di desa tradisional Pesaban, Desa Nongan, Kecamatan
Rendang. Bukit Jambul terletak 8 km dari Kabupaten Klungkung, 51 km dari
Denpasar atau 15 km dari Pura Besakih.
Fasilitas:
Di objek wisata ini banyak terdapat warung dan restoran. Tempat parkir yang
luas juga tersedia.
Deskripsi:
Bukit Jambul dikenal sebagai tujuan wisata yang mengagumkan karena kombinasi
harmonis antara perbukitan, persawahan, lembah, dan panorama laut yang indah.
Dari ketinggian bukit kita bisa menyaksikan keindahan alam di bawahnya.
Pura ini pada awalnya dibangun di suatu desa suci yang disebut Hulundang
Basukih, yang kini dikenal sebagai Desa Besakih. Nama Besakih diambil dari kata
"Basuki" atau dalam naskah kuno ditulis sebagai Basukir atau Basukih.
Kata Basuki sendiri diambil dari kata Sanskerta "Wasuki" yang berarti
"penyelamat".
Sementara, dalam mitologi Samudramanthana disebutkan bahwa Basuki adalah nama
naga yang melingkari Gunung Mandara.
Cerita kuno menyebutkan bahwa Pura Besakih dibangun oleh Rsi Markandya dan
pengikutnya sekitar abad ke-11. Pada waktu itu, Rsi Markandya ingin pergi ke
Gunung Agung untuk membangun peristirahatan. Namun, proses pembangunannya
bermasalah karena meninggalnya para pengikutnya akibat suatu penyakit. Untuk
menyelamatkan para pengikutnya maka Rsi Markandya membuat sebuah tempat
pemujaan terhadap Tuhan sebagai penyelamat. Tempat pemujaan tersebut disebut
"Sanggar Basuki".
Pura Besakih terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, sebelah Barat Daya
Gunung Agung-sekitar 44 km dari Amlapura dan 62 km dari Denpasar.
Beberapa fasilitas penunjang pariwisata yang tersedia di daerah ini antara
lain: warung makan, penjual buah-buahan, dan toko barang-barang seni. Tempat
parkir juga tersedia dan pemandu wisata local yang selalu siap memberikan
layanan terbaiknya.
Pura Besakih merupakan salah satu objek wisata yang memiliki keunikan
tersendiri dibandingkan tempat wisata lainnya. Pura Besakih menjadi terkenal
karena kompleks candi yang didirikan disana, sehingga dikenal sebagai Pura
Utama di Bali. Besakih yang menawarkan atmosfir religius dibangun berdasarkan
pada empat arah.
Telaga Waja
Lokasi:
Telaga Waja adalah sungai yang terletak di Desa Rendang, Kecamatan Rendang.
Sungai ini sangat bagus untuk kegiatan arung jeram. Airnya jernih dan banyak
lekuk dengan bebatuan besar sepanjang aliran sungai. Kegiatan arung jeram ini
akan menguji nyali Anda untuk menaklukan tantangan alam ini.
Fasilitas:
Beberapa fasilitas penunjang pariwisata tersedia di tempat ini, seperti
hotel-hotel kecil dan restoran.
Deskripsi:
Telaga Waja adalah sungai yang terletak di Desa Rendang, Kecamatan Rendang.
Sungai ini sangat bagus untuk kegiatan arung jeram. Airnya jernih dan banyak
lekuk dengan bebatuan besar sepanjang aliran sungai. Kegiatan arung jeram ini
akan menguji nyali Anda untuk menaklukan tantangan alam ini.
Pemandangan sepanjang sisi sungai sangat mengagumkan dengan udaranya yang
sejuk. Bagi mereka yang ingin mencoba tantangan arung jeram Telaga Waja akan
menghadapi tingkat II dan tingkat III, juga bersebelahan dengan tingkat IV. Di
tengah perjalanan, Anda akan menyaksikan air terjun yang mengagumkan.
Telaga Waja merupakan sungai yang memiliki aliran air yang tetap kontras dengan
sungai Ayung yang dalam dan “tajam”. Ekspedisi Telaga Waja dimulai dari lembah
terbuka Desa Rendang.
Anda dapat menyaksikan keindahan pemandangan di dibawah aliran air terjun
jernih yang menakjubkan. Di kejauhan, anak-anak desa bermain di sungai dan para
petani bekerja di sawah.
Titik awal arung jeram adalah Desa Rendang, sementara titik akhirnya di Desa
Muncan. Pada titik akhir Anda bisa mandi untuk membersihkan badan. Selanjutnya
Anda dapat menikmati sarapan pagi sambil menyaksikan pemandangan Bali yang
mengagumkan dari restoran.
Iseh
Lokasi:
Objek wisata Iseh terletak di Desa Iseh, Kecamatan Sidemen dengan jarak 52 km
dari Denpasar dan dapat dijangkau dengan kendaraan umum atau pribadi.
Fasilitas:
Beberapa fasilitas penunjang pariwisata tersedia di tempat ini, seperti
hotel-hotel kecil, toko-toko yang menawarkan kain endek dan aneka suvenir.
Deskripsi:
Pemandangan alam Iseh sudah dikenal berpuluh-puluh tahun yang lalau. Gunung
Agung yang tampak dari kejauhan dengan lembahnya, sungai yang mengalir dengan
airnya yang jernih ditengah-tengah persawahan yang hijau, dimana para petani
tradisional bekerja-merupakan sesuatu yang layak disaksikan. Keindahan panorama
Iseh diperkenalkan pertama kali oleh dua orang asing yang cukup lama tinggal di
daerah ini. Melalui lukisan mereka mendokumentasikan pemandangan Desa Iseh dan
kehidupan sosial kemasyarakatannya. Kedua pelukis tersebut adalah Walter Spies
dari Jerman dan Theo Meier dari Swiss. Mereka menghabiskan masa hidupnya dnegan
bersosialisasi dengan masyarakat setempat dan mengenal lebih jauh tentang adat
dan budaya mereka.
Putung
Sejarah:
Berdasarkan cerita yang diturunkan dari generasi ke generasi, nama Putung
diambil dari nama suatu daearah yang terisolasi, yang dulu pernah dikunjungi
oleh orang yang ingin meditasi untuk mendapatkan berkah. Kata
"Putung" dianggap berasal dari kata "putus" yang berarti
suatu perkimpoian tanpa memiliki keturunan, dalam Bahasa Bali disebut
"putung".
Lokasi:
Putung terletak di Desa Duda Timur, Kecamatan Selat, sekitar 64 km dari
Denpasar dan sekitar 19 km dari Amlapura. Area ini dapat dijankau oleh
kendaraan umum atau pribadi.
Fasilitas:
Hotel-hotel kecil dengan restoran dilengkapi dengan areal parkir yangluas
tersedia sebagai fasilitas pendukung.
Deskripsi:
Nilai plus pada Putung sebagai objek wisata adalah panoramanya yang indah dan
mengagumkan, yang merupakan kombinasi antara pegunungan dan laut dari kejauhan.
Putung terletak pada daerah pengunungan yang dikelilingi oleh pepohonan lebat,
terutama kebun "salak". Ini membuat daerah ini begitu dingin dan
sejuk. Dari sini, kita bisa melihat pemandangan sekitar yakni persawahan. Dari
ketinggian ini pula kita bisa melihat para nelayan menangkap ikan. Keindahan
Putung menjadi terkenal melalui lukisan seorang pelukis Italia yang tinggal di
daerah ini selama bertahun-tahun dan menikah dengan wanita dari Desa Manggis.
Puri Agung Karangasem
Sejarah:
Puri Agung Karangasem dibangun pada abad ke-19 oleh Anak Agung Gede Jelantik,
raja pertama Kerajaan Karangasem. Tujuan wisata ini menarik untuk dikunjungi
karena arsiteturnya yang unik, yang merupakan kombinasi antara arsitektur Bali,
Cina, dan Eropa.
Lokasi:
Puri Karangasem terletak di Amlapura, sekitar 78 km dari Denpasar.
Deskripsi:
Seperti yang disebutkan di atas, arsitektur Puri Agung Karangasem adalah
kombinasi antara tiga gaya. Arsitektur Bali dapat ditemukan pada pahatan
patung-patung Hindu dan relief pada dinding puri. Pengaruh Eropa terlihat pada
gaya gedung utama dengan beranda yang besar, sementara arsitektur Cina tampak
pada gaya jendela, pintu, dan ornamen yang lain.
Puri Agung Karangasem terdiri atas tiga bagian, yakni Bencingah, Jaba Tengah,
dan maskerdam. Bencingah merupakan bagian depan dari Puri, dimana kesenian
tradisional sering dipentaskan. Jaba Tengah yang menjadi kebun puri dengan
kolam. Di tengah kolam terdapat sebuah bangunan yang disebut "Balai
Gili" atau gedung mengambang, disini kita bisa menemukan dua pohon lychee
tua. Bagian ketiga adalah Maskerdam, yang diberikan setelah nama kota
Amsterdam, sebuah kotak di Belanda. Bangunan ini dibangun pada awal Raja
Karangasem memulai hubungan dengan Pemerintah Belanda.
Tirta Gangga
Sejarah:
Tirtagangga dibangun pada tahun 1948 oleh Raja Karangasem, Anak Agung Anglurah
Ketut Karangasem. Taman air ini dikonstruksi dalam arsitektur yang sangat unik
dengan gaya Bali dan Cina.
Lokasi:
Tirtagangga terletak di Desa Ababi, Kecamatan Abang-sekitar 83 km dari Denpasar
dan 6 km dari Amlapura ke utara.
Fasilitas:
Fasilitas yang tersedia di daerah ini antara lain hotel-hotel kecil, restoran-restoran
kecil, dan warung-warung serta areal parkir yang luas.
Deskripsi:
Tirtagangga terletang pada daerah 1,2 hektar yang terdiri atas tiga kompleks.
Kompleks pertama yakni pada bagian paling bawah dapat ditemukan dua kolam
teratati dan air mancur. Kompleks kedua adalah bagian tengah dimana dapat
ditemukan kolam renang; sementara, pada bagian ketiga, yakni kompleks ketiga,
kita dapat menemukan tempat peristirahatan raja.
Sebelum konstruksi Tirtagangga, terdapat sumber mata air besar di daerah ini;
sehingga masyarakat setempat menyebut daerah ini "embukan" yang
artinya mata air.
Mata air itu kemudian difungsikan untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan air
dan juga sebagai "pemurnian" dari para Dewa. Untuk tujuan ini, mata
air ini dianggap suci dan sacral.
Aspek religius dalam mengkonstruksi Tirtaganga untuk rumah istirahat raja dan
juga untuk fungsi umum layak untuk disaksikan.
Jemeluk
Sejarah:
Berdasarkan cerita rakyat setempat nama Jemeluk berasal dari kata
"menyeluk" atau "seluk" yang berarti teluk. Daerah ini
terkenal dengan kehidupan bawah airnya.
Lokasi:
Jemeluk terletak di Desa Purwakerti, Kecamatan Abang-sekitar 100 km dari
Denpasar atau 21 km dari Amlapura.
Fasilitas:
Di sekitar daerah ini dapat ditemukan restoran, hotel, dan warung makan.
Pengunjung yang ingin melihat panorama laut dari dekat dapat menikmatinya dari
tempat pemberhentian.
Deskripsi:
Jemeluk merupakan tempat yang menarik untuk dikunjungi dengan kehidupan bawah
air yang mengagumkan. Air yang jernih membuat para pengunjung nyaman bila
melakukan aktifitas bawah air untuk melihat ikan-ikan tropis dan kehidupan
bawah air lainnya.
Terumbu karang di Jemeluk menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung
dari seluruh dunia.
Disamping panorama bawah air, kita juga bisa menikmati pemandangan alam sekitar
yang indah dengan perbukitan dan lembah menawan dikombinasikan dengan laut yang
luas. Proses pembuatan garam tradisional yang dibuat penduduk setempat tentulah
menjadi sesuatu yang layak disaksikan.
Tulamben
Sejarah:
Tulamben adalah suatu desa yang namanya diambil dari kata
"Batulambih". Batulambih berarti banyak batu yang diakibatkan oleh
meletusnya Gunung Agung. Seiring dengan waktu, kata ini berubah menjadi
Batulamben dan akhirnya diucapkan sebagai Tulamben.
Lokasi:
Objek wisata ini terletak di Desa Tulamben, Kecamatan Kubu-sekitar 102 km dari
Denpasar dan 25km dari Amlapura.
Fasilitas:
Terdapat beberapa fasilitas pendukung pariwisata; misalnya, hotel, restoran,
dan warung. Bagi wisatawan yang ingin melihat kehidupan bawah air,
operator-operator selam tersedia.
Deskripsi:
Desa Tulamben tulamben berkembang menjadi objek wisata karena posisinya yang
strategis dank arena keindahan alam sekitarnya. Dari sini kita bisa menyaksikan
pemandangan yang mengagumkan dari Gunung Agung dari sisi barat. Disamping itu,
Tulamben juga menawarkan panorama kehidupan laut yang menakjubkan.
Di dalam pertualangan bawah air, kita akan menemukan bangkai kapal US Liberty
dari Perang Dunia II. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para
pengunjung. Apabila Anda menyelam, ada tidak saja akan merasa kembali ke zaman
lampau, Anda akan melihat ikan-ikan tropis dan kehidupan bawah air lainnya.
Sibetan
Lokasi:
Desa Sibetan, yang terkenal dengan salaknya, terletak di Kecamatan
Bebandem-sekitar 83 km dari Denpasar atau 15 km dari Amlapura.
Fasilitas:
Di daerah wisata ini terdapat banyak warung dan penginapan.
Deskripsi:
Sebagai salah satu tujuan wisata di Karangasem, Desa Sibetan menawarkan
panorama alam (agro wisata). Desa Sibetan terletak di ketinggian 400-600 m di
atas permukaan laut, dengan temperatur rata-rata 20º-30 º C. Rata-rata curah
hujannya adalah 1.567 mm-20.000 mm per tahun. Iklim yang dingin dan udara yang
segar membuat salak cocok tumbuh di daerah ini. Disini para wisatawan dapat
menemukan vegetasi salak dengan beragam rasa. Luasnya kebun salak di daerah ini
juga menarik untuk disaksikan.
Sekitar 81,12% daerah Sibetan, yaitu 1.125.000 hektar, diubah menjadi kebun
salak. Dengan demikian, sekitar 14 ragam vegetasi salak dapat ditemukan di
daerah ini. Wisatawan dapat menyaksikan proses panen salak termasuk
pemasarannya.
Selain sebagai pusat salak, Sibetan juga layak dikunjungi karena keunikannya
dan budaya dan tarian tradisionalnya, seperti genjek dan angklung.
Untuk menikmati keindahan alam daerah ini, para pengunjung dapat mengiuti
aktifitas trekking yang akan dipandu oleh pemandu wisata lokal.
Taman Ujung
Sejarah:
Istana Air Ujung, yang oleh masyarakat setempat disebut Taman Soekasada
Ujung dibangun pada tahun 1919. Namun, peresmian kompleks istana air ini
dialkukan pada tahun 1912.
Istana air yang dikonstruksi oleh raja terakhir Karangasem, I Gusti Bagus
Jelantik, yang memerintah di Karangasem antara 1909 dan 1945.
Taman Ujung dibangun untuk menyambut dan melayani tamu-tamu penting dan
raja-raja dari negara retangga, disamping sebagi tempat untuk raja dan
keluarga kerajaan.
Lokasi:
Taman Sukasada Ujung terletak di Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem-sekitar
85 km dari Bandar Udara Ngurah Rai atau 5 km dari Amlapura.
Fasilitas:
Aktifitas pariwisata di daerah ini antara lain: warung makan, restoran
kecil, dan areal parkir yang luas. Para wisatawan yang tertarik dengan
produk kerajinan lokal dapat menemukannya di beberapa toko seini yang ada
di sini.
Deskripsi:
Taman Soekasada Ujung telah diumumkan sebagai objek wisata budaya mengingat dianggap
sebagai satu dari warisan budaya yang ada di Kabupaten Karangasem. Kompleks
Taman Soekasada Ujung merupakan kombinasi dari arsitektur Bali dan Eropa.
Terdapat tiga kolam besar dan luas di daerah ini. Di tengah kolam utama,
terdapat bangunan yang menghubungkan sisi-sisi kolam dengan dua jembatan. Pada
kompleks tertinggi, kita akan menemukan patung "warak" (badak). Di
bawah wark adalah patung banteng. Dari tempat tinggi ini kita bisa melihat
pemandangan laut yang mengagumkan dengan hutan yang menghijau, keindahan Gunung
Agung yang dikombinasikan dnegan persawahan yang hijau. Kemegahan Taman Ujung
telah dirusak akibat meletusnya Gunung Agung pada tahun 1963 dan diperburuk
dengan gempa bumi pada tahun 1979. Namun, penyelematan telah dilakukan untuk
membawa kembali kejayaan kompleks istana air ini dengan merekonstruksi dan
merevitalisasinya. Meskipun tidak seutuh dulu, namun kemegahannya terlihat
sampai sekarang.
Candidasa
Sejarah:
Dahulu, Candidasa dikenal sebagai Teluk Kehen. Namun, sejak daerah ini dibuka
menjadi objek wisata, nama Candidasa pun mulai digunakan.
Tidak ada catatan/laporan pasti tentang latar belakang nama Candidasa. Namun,
dianggap pemilihan nama ini berhubungan dengan cerita "lingga" di
bagian dalam candi yang terletak pada perbukitan Candidasa.
Naskah kuno menyebutkan bahwa Pura Candidasa dibangun pada abad ke-12. Ada
"lingga" yang terdapat di dalam candi yang dipercaya sebagai symbol
Dewa Siwa. Di tempat suci ini konon bisa mendapatkan penghargaan tertinggi atau
"sorga" dengan uttering sepuluh huruf yang disebut "Dasa
Aksara" (Dasa artinya sepuluh).
Cerita lain mengatakan bahwa nama Candidasa diinspirasi oleh sebuah patung
dekat lingga. Patung itu adalah patung Dewi Hariti yang dikelilingi oleh 10
anak. Dipercaya bahwa Dewi Hariti memberikan berkah berupa kemakmuran dan
kesejahteraan kepada mereka yang bersembahyang disana.
Lokasi:
Candidasa terletak di desa Samuh-Bugbug, Kecamatan Karangasem. Sekitar 65 km
dari Denpasar dan 12 km dari Amlapura.
Fasilitas:
Fasilitas yang tersedia disini antara lain: restoran, hotel-hotel kecil, hotel
berbintang, dan fasilitas lain yang diperlukan untuk mendukung industri
pariwisata.
Deskripsi:
Candidasa dikenal karena pasir putihnya. Industri pariwisata bermunculan dengan
latar belakang Samudra Hindia. Dari tempat ini kita bisa melihat Pulau Lombok
dan Nusa Penida dan cahaya "jukung" yakni perahu tradisional yang
bersinar akan selalu membawa Anda untuk datang lagi.
Tenganan Pegeringsingan
Sejarah:
Tenganan merupakan salah satu dari beberapa desa kuno di Bali, yang biasanya
disebut "Bali Aga". Ada beberapa versi tentang sejarah tentang desa
Tenganan. Ada yang mengatakan kata Tenganan berasal dari kata
"tengah" atau "ngatengahang" yang berarti "bergerak ke
daerah yang lebih dalam". Penurunan kata ini berhubungan dengan pergerakan
orang-orang desa dari daerah pinggir pantai ke daerah pemukiman, dimana posisi
desa ini adalah di tengah-tengah perbukitan, yakni Bukit Barat (Bukit Kauh) dan
Bukit Timur (Bukit Kangin).
Versi lain mengatakan bahwa orang-orang Tenganan berasal dari Desa Peneges,
Gianyar, tepatnya Bedahulu. Berdasarkan cerita rakyat, dulu Raja Bedahulu
kehilangan salah satu kudanya. Orang-orang mencarinya ke Timur dan sang kuda
ditemukan tewas oleh Ki Patih Tunjung Biru, tangan kanan sang raja. Atas
loyalitasnya, sang raja memeberikan wewenang kepada Ki Patih Tunjung Biru untuk
mengatur daerah itu selama aroma dari I carrion kuda tercium. Ki Patih seorang
yang pintar, is memotong carrion menjadi potongan-potongan dan menyebarkannya
sejauh yang dia bisa lakukan. Dengan demikian dia mendapatkan daerah yang cukup
luas.
Kata Pegeringsingan diambil dari kata "geringsing". Geringsing adalah
produk tenun tradisional yang hanya dapat ditemukan di Tenganan. Gerinsing
dianggap sakral yakni menjauhkan kekuatan magis jahat atau black magic.
Geringsing diturunkan dari kata "gering" yang berarti sakit dan
"sing" yang berarti tidak.
Lokasi:
Tenganan Pegeringsingan terletak di Kecamatan Manggis, sekitar 65 km dari
Denpasar (Bandar Udara Internasional Bali), dekat dengan Candidasa dan dapat
dijangkau dengan mudah oleh kendaraan umum atau pribadi.
Fasilitas:
Wisatawan akan merasa nyaman mengunjungi daerah ini karena banyak fasilitas
yang tersedia misalnya: warung, kamar mandi yang bagus, toko barang-barang seni,
dan area parkir yang luas. Jika Anda ingin makan di restoran atau bermalam di
daerah ini, Anda bisa datang ke Candidasa, sekitar 3 km dari desa ini.
Padangbai
Sejarah:
Padangbai terletak di daerah pemukiman padat/pinggiran dan diisolasi oleh
celuk/teluk yang disebut Padang, yang telah digunakan sebagai pelabuhan selama
bertahun-tahun. Nama Padangbai diambil dari teluk ini dan karena pengaruh
bahasa Belanda, frase Padang Bay berubah menjadi Padangbai.
Lokasi:
Objek wisata ini terletak di Desa Padangbai, Kecamatan Manggis, sekitar 53 km
dari Amlapura. Selain sebagai tempat tujuan wisata terkenal, Padangbai adalah
pintu gerbang dari dan ke Bali.
Fasilitas:
Warung makan, restoran kecil, dan hotel-hotel kecil tersedia, disamping
fasilitas-fasilitas lain yang diperlukan wisatawan.
Deskripsi:
Padangbai merupakan suatu pelabuhan dimana kapal-kapal besar dan kecil
melepaskan jangkarnya. Area ini dikembangkan sebagai objek wisata dengan
beberapa atraksi yang dimilikinya, seperti pasir putih, lingkungan alam sekitar
yang indah, panorama bawah air yang menawan. Disamping itu, kehidupan
sehari-hari para nelayan dan keramaian di pelabuhan menjadi nilai plus daerah
ini.
Objek wisata ini juga dikenal karena pura-pura keramatnya, Pura Silayukti dan
Pura Tanjung Sari. Silayukti dibangun oleh Empu Kuturan. Disamping dua pura
ini, terdapat pula Pura Penataran Agung, yang bertempat disebelah Barat
Padangbai.
Yeh Malet
Sejarah:
Yeh Malet merupakan salah satu tujuan/objek wisata di Karangasem. Yeh Malet
terletak di desa Antiga, Kecamatan Manggis, sekitar 33 km sebelah barat
Amlapura.
Fasilitas:
Objek wisata ini dilengkapi dengan beberapa tempat istirahat untuk para
wisawatan yang melewati daerah ini. Warung-warung juga tersedia disini.
Wisatawan yang ingin mengetahui tentang objek wisata dan fasilitasnya sekitar
Kabupaten Karangasem atau sekadar informasi singkat tentang Yeh Malet silakan
hubungi pusat informasi wisatawan setempat.
Deskripsi:
Yeh Malet terletak pada jalan utama yang menghubungkan Amlapura dan Denpasar.
Dengan demikian, tempat ini cocok bagi mereka yang ingin beristirahat. Di sini
pengunjung dapat menikmati keindahan alam sekitar dan juga melihat proses
pembuatan garam secara tradisional. Di area ini, pengunjung bisa juga berenang,
memancing, atau lari pagi.
Sumber: